Senin, 29 Desember 2008

Warna, Rasa & Bau ASI

Kualitas fisik ASI yang normal
ASI secara fisikakan tampak terpisah menjadi 2 lapisan jika didiamkan selama beberapa lama. Lapisan atas yg biasanya lebih kental warnanya kaya akan lemak. Ini bukan berarti ASI telah basi. Kocoklah perlahan wadah berisi ASI peras tsb, hingga menjadi larutan homogen kembali.

Tampilan dari ASI berbeda2 tiap waktu sesuai krn kandungannya pun berbeda2 tiap saat. Termasuk juga kandungan lemak dan warna dari ASI.

  • Jumlah lemak dalam ASI akan fluktuatif dari hari ke hari. Bahkan saat ASI yg keluar di menit2 awal akan berbeda warna dan tampilannya.
  • ASI yang dikeluarkan saat pertama kali proses pemerahan / pemompaan akan terlihat "lebih encer" dari ASI yang dikeluarkan di menit-menit berikutnya. Karena itu disebut FOREMILK (karena kaya akan protein).
  • Sedangkan ASI yg keluar beberapa menit kemudian akan terlihat lebih kental. Atau disebut juga dg HINDMILK (kaya akan lemak).

Warna dari ASI tidak tergantung dari apa yg ibu konsumsi

  • Pewarna makanan dalam minuman soda, minuman buah-buahan dan hidangan penutup yang mengandung gelatin tidak membuat warna ASI menjadi pink atau oranye kemerahmudaan. ASI yang berwarna hijau tidak ada kaitannya dengan ibu yang mengkonsumsi minuman kesegaran yang berwarna hijau, rumput laut, atau sayuran berwarna hijau. Karena, dalam saluran cerna jenis makanan tadi akan diserap di usus halus dan masuk ke pembuluh darah dan sebagian masuk ke ASI, dalam proses tersebut warna sudah sangat berubah.
  • ASI yang berwarna pink mengindikasikan adanya darah dalam ASI. Hal ini dapat terjadi jika ibu mengalami dengan atau tanpa puting lecet. Jika puting ibu lecet dan berdarah, ibu dapat menghubungi klinik laktasi untuk mendapatkan saran penyembuhan. Darah dalam ASI tidak berbahaya bagi bayi, dan ibu dapat terus menyusui bayinya. Jika darah dalam ASI tidak juga membaik dalam waktu 2 minggu, segera konsultasikan dengan dokter.

Aroma atau rasanya yang NORMAL

  • Dalam keadaan baik ASI segar berbau dan beraroma manis.
  • ASI beku yang dicairkan kadang akan beraroma spt sabun dan terkadang bayi tidak mau meminumnya. Hal ini disebabkan perubahan struktur lemak dalam ASI akibat perubahan suhu yg mendadak. Sehingga proses kerja enzim lipase terganggu. Krn itu tidak disarankan memanaskan ASI peras/pompa pada suhu tinggi, ataupun setelah dipanaskan langsung dibekukan kembali.
  • Jika ASI peras berbau asam, pahit dan anyir maka bisa jadi ASI telah basi maka sebaiknya dibuang. Selama ASI peras/pompa disimpan sesuai dengan rekomendasi penyimpanan yang baik dan benar maka ASI biasanya tidak akan basi.
  • Bila ASI beku ataupun ASI yang disimpan di refrigerator selama beberapa waktu, berbau atau terasa seperti sabun, asam atau tengik, kadang bisa karena kandungan enzim lipase di ASI dalam jumlah berlebih. Sehingga lemak dalam ASI akan dipecah oleh enzim tersebut sesaat setelah ASI diperah. Umumnya bayi tidak mempermasalahkan dengan sedikit perubahan bau dan rasa itu, dan tidak berbahaya bagi sang bayi.
  • TETAPI jika perubahan bau dan rasa terasa sekali, maka bayi akan menolaknya, dalam keadaan seperti ini sebaiknya ASI jangan diberikan lagi, dan evaluasi cara dan kondisi penyimpanan apakah sudah baik dan benar.
  • Bila ensim lipase saya berlebih atau ASI mulai terasa dan berbau asam atau tengik dapat dicegah dengan cara setelah diperas sebelum disimpan dapat dipanaskan (hingga hampir mendidih) agar lipase berhenti bekerja (inactivated) sehingga proses pemecahan lemak terhenti.

Cara Memanaskan ASI

  • RENDAM ASI DALAM AIR PANAS DALAM BEBERAPA SAAT hingga ASI terasa hangat
  • BILA ASI ASAM : Panaskan ASI pada suhu 180 F (82 C), atau hingga tampak sedikit gelembung di pinggir panci, JANGAN sampai mendidih secara keseluruhan. Segera dinginkan dan simpan ASI.
  • Pemanasan ini akan merusak kandungan zat anti bodi atau zat kekebalan
  • Bile salt-stimulated lipase (BSSL) dalam ASI dapat juga dirusak pada pemanasan suhu 62.5 C selama 1 menit atau pada 72 C selama lebih dari 15 detik.

Ibu Harus Optimis Bahwa ASI Akan Cukup Saat Bekerja

MENGAPA MESKI IBU BEKERJA HARUS TETAP ASI ?
Sejauh ini hampir tidak ada alasan untuk tak memberi ASI eksklusif pada si kecil, Meskipun ibu bekerja. Sekitar 70 persen ibu di Indonesia bekerja. Ini berarti, banyak ibu yang tak bisa menyusui. Namun bukan berarti si kecil tak bisa mendapatkan ASI sama sekali.
Memang ASI peras tak bisa menggantikan tindakan menyusui itu sendiri. Tetapi hal itu tidak masalah bila memang ibu harus bekerja
Faktanya : banyak ibu ketakutan atau tidak percaya diri bahwa asi akan cukup saat ibu bekerja. Sehingga saat ibu mau bekerja pasti akan menanyakan ke dokter anak, "Susu formula apa dok, yang cocok saat saya bekerja ? Jangan, banyak ibu bekerja dengan usaha yang keras, motivasi tinggi dan percaya diri kuat bahwa anaknya bisa diberi asi terus.
Tindakan menyusui punya banyak pengaruh untuk pertumbuhan mental dan fisik bayi.
ASI peras hanya dianjurkan bagi bayi-bayi yang ibunya bekerja. Bila ibu tak bekerja atau si bayi bisa dibawa ke tempat di mana ibunya berada, harus diusahakan breast feeding atau menyusui langsung, bukan ASI peras.

STRATEGI PEMBERIAN ASI SAAT IBU BEKERJA
  • Jika memungkinkan bayi dapat dibawa ketempat ibu bekerja. Namun hal ini akan sulit dilaksanakan apabila di tempat bekerja atau di sekitar tempat bekerja tidak tersedia sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Bila tempat bekerja dekat dengan rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui bayinya pada waktu istirahat atau minta bantuan seseorang untuk membawa bayinya ketempat bekerja.
  • Ibu sudah harus belajar cara memerah ASI segera setelah bayi lahir. Sebelum pergi bekerja ASI dikeluarkan dan dititipkan pada pengasuh bayi untuk diberikan kepada bayi. Sediakan waktu yang cukup dan suasana yang tenang agar ibu dapat dengan santai mengeluarkan ASI. ASI dikeluarkan sebanyak mungkin dan ditampung di cangkir atau gelas yang bersih. Walaupun jumlah ASI hanya sedikit tetap sangat berguna bagi bayi. Tinggalkan sekitar ½ cangkir penuh (100 ml) untuk sekali minum bayi saat ibu keluar rumah. Tutup cangkir yang berisi ASI dengan kain bersih, simpan di tempat yang paling sejuk dirumah, di lemari es, atau ditempat yang aman, agak gelap dan bersih. ASI jangan dimasak atau dipanaskan, karena panas akan merusak bahanbahan anti infeksi yang terkandung dalam ASI. Setelah ASI diperah bayi tetap disusui untuk mendapatkan ASI akhir (hindmilk), karena pengisapan oleh bayi akan lebih baik daripada pengeluaran ASI dengan cara diperah.
  • Selama ibu di tempat kerja, peras dan pompalah ASI setiap 3-4 jam sekali secara teratur. Hal ini perlu dilakukan agar produksi ASI tetap terjaga. Karena ASI dibuat based on demand. Pengeluaran ASI dapat membuat ibu merasa nyaman dan mengurangi ASI menetes. Simpan ASI di lemaari es dan dibawa pulang dengan termos es saat ibu selesai bekerja. ASI tersebut bisa disimpan dalam botol dan dan disimpan dalam kulkas (jika di kantor ada kulkas). Atau ibu bisa menyimpannya dalam termos yang diberi es batu atau blue ice.
  • Ibu harus dalam keadaan santai dan tidak terlalu tegang, kondisi psikologis ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian,> 80% lebih kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikologis ibu menyusui. Saat ibu memeras ASI, jangan tegang dan jangan ditargetkan berapa banyak ASI yg harus keluar. Ingat : 1 pikiran “duh ASI peras saya cukup gak ya?” maka pada saat bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormon oksitosin (produksi ASI) untuk bekerja lambat. Dan akhirnya produksi ASI menurun. Relaks saja ya bu. Buat suasana senyaman mungkin saat memeras ASI. Bawa foto anak jika perlu saat memeras ASI. Peran ayah juga disini sangat dibutuhkan. Jika ayah mendukung maka ASI akan lancar.
  • Beritahu atasan ibu bahwa ibu menyusui dan ingin berhasil memberikan ASI eksklusif. Jelaskan juga bahwa pada jam tertentu ibu perlu waktu khusus untuk memeras ASI.
  • Begitu ibu kembali dari tempat kerja, susukan bayi langsung dari payudara. Hal ini diperlukan untuk menjaga refleks ASI & kerja hormon2 ASI, sehingga produksi ASI tetap terjaga. Jadi ASI peras yg ada bisa disimpan untuk hari-hari berikutnya.
  • Hindari pemberian susu formula. Begitu bayi diberikan susu formula, maka saat ia menyusu pada ibunya akan kekenyangan. Sehingga volume ASI makin berkurang.
  • Lakukan perawatan payudara : Massage atau pemijatan payudara dan kompres air hangat & air dingin bergantian.

Sumber: breastfeedingproblem.blogspot.com/

Ayah dan pemberian ASI

Ayahpun bisa membantu

Hari-hari pertama merawat bayi baru lahir merupakan saat-saat yang berat. Rasanya, begitu banyak yang harus dilakukan. Untuk mengatasi itu, banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang suami dalam membantu istrinya. Dari mulai menggantikan popok di malam hari, menggendong si kecil jika rewel, sampai memberikan ASI perah.
Memerah ASI memang tidak mudah, sehingga langkah ini tidak selalu menjadi pilihan. Jika Ibu ingin memerah ASI, tunggulah hingga bayi berumur 6 hingga 8 minggu. Pada usia itu bayi sudah terbiasa minum ASI, sehingga di antara waktu menyusui berikutnya, Ibu dapat memerah ASI. Dengan memerah ASI, diharapkan dapat menjaga kesinambungan produksi ASI.
Melibatkan ayah untuk memberi makan si kecil, juga membantu mendekatkan ayah dengan si bayi. Tapi, untuk itu bayi Ibu maupun suami Ibu perlu waktu untuk menyesuaikan diri. Sabar, adalah kuncinya
Mengganti popok atau memberi susu di malam hari, akan sangat membantu Ibu . Dengan begitu, Ibu dapat tidur lebih panjang. Disarankan untuk menyusui langsung termasuk saat malam hari.

Sentuhan sang Ayah

Salah satu cara untuk mendekatkan para Ayah dengan bayinya adalah dengan sentuhan langsung dari kulit ke kulit. Minta suami Ibu memeluk si kecil di dadanya agar bayi bergelung, atau bahkan tidur sejenak.
Begitu ikatan batin dengan Ayah terbentuk, bayi Ibu akan merasa lebih nyaman untuk minum ASI perah yang diberikan oleh Ayahnya. Tapi, jangan tersinggung jika bayi Ibu tidak mau minum ASI perah. Sebagian bayi memang tetap lebih suka mengisap ASI langsung dari payudara.

Dukungan suami

Ketika baru melahirkan, tubuh Ibu lemah, hormon belum seimbang, dan repot mengurus bayi. Selama beberapa minggu kondisi seperti ini mungkin tetap berlangsung.
Ayah dapat memberikan dukungan dan pengertian. Terlibat dalam mengatur tugas yang perlu dikerjakan di rumah, dan mengawasi pembantu untuk bersih-bersih, berbelanja, dan memasak.

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi

Bayi sering menangis
Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi sehingga apabila bayi menangis terlalu lama karena ia akan menjadi lelah sehingga kemampuan menghisapnya berkurang. Selain itu ibu juga menjadi kesal sehingga dapat mengganggu proses laktasi. Bayi menangis belum tentu karena lapar atau haus, bisa saja ia takut, kesepian, bosan, basah, kotor atau sakit atau ada rasa yang tidak enak pada ASI yang disebabkan oleh makanan ibu atau obat yang diminum ibu. Yang tidak dapat diterangkan oleh sebab di atas adalah yang kita sebut kolik. Bayi akan menangis terus menerus pada waktu-waktu tertentu dan dapat diusahakan dengan menggendongnya dan perutnya. Tidak ada gangguan pertumbuhan pada bayi dengan kolik biasanya akan hilang sendiri setelah 3 bulan.

Bayi kembar
Sebagian ibu menganggap apabila ia melahirkan bayi kembar maka pasti ASInya tidak dapat memenuhi kebutuhan kedua bayinya. Ibu sudah akan memberikan tambahan kepada kedua bayinya tanpa mencoba dahulu. Hal ini tidak benar. Produksi ASI sesuai dengan rangsangan yang diberikan sehingga dua bayi akan merangsang lebih sering/banyak sehingga produksi ASI jugalebih banyak. Setiap bayi harus disusukan pada payudara secara bergantian. Alasannya adalah agar memberikan variasi pada bayi (tidak menetap pada satu sisi terus menerus), juga oleh karena kemampuan menghisap masing-masing bayi berbeda, sehingga rangsangan pada kedua puting sama. Menyusukan kedua bayi dapat bersama-sama atau bergantian. Kalau menyusui bergantian sebaiknya dimulai dengan yang lebih kecil dahulu.

Bayi prematur atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperah dan diberikan pada bayi dengan sonde lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting.

  • Bayi dengan berat lahir di atas 1800 gram dengan masa kelahiran >34 minggu dapat langsung diajarkan menyusu dari ibu.
  • Bayi dengan berat lahir antara 1500-1800 gram dengan masa kehamilan 32-34 minggu dapat dicoba menyusu tetapi kebutuhannya perlu ditambahkan secara pemberian dengan cangkir/sendok.
  • Bayi dengan berat lahir antara 1250-1500 gram dengan masa kehamilan 30-32 minggu perlu diberi makanan melalui pipa nasogastril.
    Bayi dengan berat lahir <1250>

Bayi sumbing
Bila celah hanya terdapat pada bibir atau langit-langit saja biasanya dengan posisi tertentubayi dapat disusukan. Cara menyusu yang dianjurkan adalah:

  • Posisi bayi duduk
  • Ibu jari dapat dipakai sebagai penyumbat celah bibir bayi.

Namun bila celahnya luas dan meliputi bibir, gusi dan langit-langit keras perlu dibuatkan protese yang akan menutup celah itu supaya bayi bisa minum tanpa tersedak. Bayi diberikan ASI perah dengan pipet, cangkir atau sendok dalam posisi agak tegak.

Bayi dengan frenulum pendek
Pada keadaan seperti ini jaringan ikat antara lidah dan dasar mulut (frenulum) pendek dan tebal serta kaku sehingga membatasi derak lidah. Dengan demikian bayi akan sukar melaksanakan proses menyusu dengan baik karena lidah tidak dapat dijulurkan untuk menangkap areola mama. Pada beberapa keadaan frenulum perlu digunting, suatu operasi kecil yang tidak memerlukan narkose. Perdarahan sangat kecil dan luka lekas sembuh.

Bayi kuning
Terdapat dua situasi pada ikterus yang dihubungkan dengan pemberian ASI. Yang sering terjadi adalah ikterus yang timbul dini dan disebabkan oleh karena ASI pada hari-hari pertama masih sedikit dan pengeluaran feses sedikit sehingga meningkatkan sirkulasi enterohepatik. Menyusui dini sangat penting agar bayi mendapat kolostrum yang sifatnya adalah purgatif. Ibu disuruh menyusui lebih sering sehingga ASI lebih banyak dan pengeluaran feses lebih lancar.
Yang agak jarang adalah ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama. Ikterus ini disebabkan oleh karena ada zat yang terdapat pada sebagian ibu yang menghambat fungsi enzim glukoronide transferase. Walupun belum pernah dilaporkan sebagai penyebab kernikterus sebaiknya bila bilirubin mencapai kadar yang mengkhawatirkan, bayi dirawat untuk mendapat terapi sinar dan untuk sementara pemberian ASI dihentikan. ASI tetap dikeluarkan agar tidak terhenti produksi, oleh karena oemberian ASI harus dilanjutkan kembali setelah kadar bilirubin menurun (biasanya paling lama 2×24 jam) sambil dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan ikterus yang lain.

Bayi dengan diare
Perlu diketahui bahwa pola defekasi pada bayi yang mendapat kolostrum adalah sering dan cair, sehingga perlu dibedakan dengan diare. Apabila bayi benar mengalami diare maka tidak ada alasan sama sekali untuk menghentikan ASI, justru ASI mempunyai manfaat manfaat untuk diare:

  • ASI dapat digunakan untuk rehidrasi.
  • ASI mengandung zat gizi untuk memenuhi kecukupan gizi selama diare.
  • ASI mengandung zat kekebalan terhadap kuman penyebab diare.
  • ASI mengandung zat untuk pertumbuhan sel mukosa usus yang rusak oleh diare.
  • Diare lebih ringan dan lama diare lebih pendek pada bayi yang mendapat ASI.

Bayi yang memerlukan perawatan
Bila bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih menyusu pada ibu, sebaiknya bila ada fasilitas ibu ikut dirawat agar pemberian ASI tetap dapat dilanjutkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan maka ibu dianjurkan memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan di dalam lemari es untuk kemudian sehari sekali diantar ke rumah sakit di dalam termos es. Perlu diberikan tanda pada botol penampung ASI, jam berapa ASI diperah agar yang lebih dahulu diperah dapat diberikan terlebih dahulu.

oleh : Rulina Suradi

Sumber : dr-anak.com

Minggu, 28 Desember 2008

Alat Tempur Untuk ASI Perah

ASI adalah yang terbaik untuk bayi. Namun kadangkala ibu dan bayi terpisah karena pekerjaan atau sakit. Maka pemberian ASI perahan adalah solusi agar bayi tetap mendapatkan asupan dengan maksimal. Peralatan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk memerah ASI?
1. Pompa ASI
Teknik memerah dengan tangan paling dianjurkan, sebab selain mudah, murah, juga tak merepotkan. Modalnya cuma satu, keterampilan ibu memerah ASI dengan tepat. Meski demikian, ternyata banyak pula ibu-ibu yang lebih nyaman memerah dengan menggunakan pompa ASI. Jangan sembarang memilih pompa ASI. Harga murah dan model menarik tidaklah cukup. Ada kriteria lain yang harus diperhatikan. Pompa ASI sebaiknya memiliki kecepatan dan kekuatan mengisap yang bisa diatur. Pompa juga sebaiknya bisa bekerja dengan efektif, sehingga merangsang payudara untuk memproduksi ASI lebih banyak. Di pasaran tersedia beberapa jenis pompa ASI. Berikut kelebihan dan kekurangan masing-masing:

Pompa dengan karet penyedot
Alat jenis ini tidak dianjurkan sebab kurang efisien dan tidak sesuai untuk memerah ASI. Bahan karet yang terdapat di bagian belakang pompa yang berbentuk seperti bohlam sulit dibersihkan dan tak bisa disterilkan. Sehingga ASI yang tersisa di bagian tersebut bisa menjadi media yang menyalurkan mikroba. Pompa ASI jenis ini hanya dianjurkan untuk mengatasi pembengkakan payudara.
Pompa elektrik dan bentuk piston
Pompa ASI elektrik dan yang berbentuk piston memenuhi standar untuk memerah ASI, tapi harganya terbilang mahal. Pompa jenis ini memiliki model manual dan elektrik. Pastikan wadah dan katupnya steril ketika dipakai.


Pompa ASI ganda
Pompa ASI ini memiliki dua kanal sehingga dapat memompa kedua payudara sekaligus dalam satu waktu

Pompa ASI dengan botol susu
Desain ini tentu praktis untuk kegiatan memerah ASI karena ASI yang diperah langsung disalurkan ke dalam botol susu

2. Wadah ASI
Sebenarnya, untuk menyimpan ASI perah tidak perlu menggunakan wadah yang benar-benar khusus. Prinsipnya, yang penting wadah tersebut terbuat dari bahan non-toksik, bisa ditutup rapat, dan tahan panas (karena anda perlu mensterilkannya). Menurut Lalecheleague (sebuah organisasi laktasi internasional), tempat/wadah ASI yang direcomendasikan adalah :
  • botol beling/kaca/gelas
  • botol plastik keruh (polypropilene atau pp)
  • botol plastik bening (polycarbonate atau pc)

Botol gelas/kaca

dinilai sebagai wadah yang paling baik. Selain tahan terhadap panas, juga karena lebih mudah membersihkan lemak ASI dari permukaan gelas/kaca. Lemak ASI cenderung lebih ’menempel’ pada permukaan plastik. Lalu, botol gelas seperti apa yang baik? Paling aman sih yang bening atau tidak berwarna, seperti botol salah satu minuman bervitamin C atau botol selai.

Botol plastik sebagai wadah ASI sebaiknya pilih yang berbahan pp (polypropilene) atau pc (polycarbonate), jangan yang terbuat dari jenis pe (polyethilene). Pilihlah yang tidak berwarna karena bahan plastik yang berwarna dikhawatirkan warnanya bisa luntur ketika botol dipanaskan. Botol-botol pp dan pc ini tidak sulit dicari, karena perlengkapan makan dan minum (botol, gelas, mangkuk, dll) khusus untuk bayi dan anak, biasanya dibuat dari pp atau pc. Secara fisik perbedaan pp dengan pc adalah dari tingkat kekeruhannya, plastik pp lebih keruh dari pc. Sedangkan contoh plastik pe, antara lain; kantong plastik biasa dan kemasan air mineral.
Botol susu sebagai wadah ASI harus memiliki penutup. Tutup ini dipasang ketika dot/rubber nipple tidak digunakan.
Kantong plastik biasa sangat tidak direkomendasikan sebagai wadah ASI, karena tipis sehingga mudah bocor dan mudah menyerap aroma/bau dari lingkungan sekitarnya. Di pasaran banyak dijual berbagai merk kantong khusus ASI. Biasanya, kantong ASI ini untuk sekali pakai. Harganya memang lumayan mahal, karena umumnya masih diimpor. Atau, Anda juga dapat menggunakan kantong plastik makanan dengan label ”food grade.”

3. Tas ASI
Untuk yang satu ini, anda dapat menggunakan tas khusus ASI, tersedia berbagai merk di pasaran, atau coolbox atau kontainer plastik- dengan pegangan- yang biasa. Satu hal yang perlu anda ingat ketika hendak membeli tas ASI ataupun tas jenis lain (coolbox/kontainer plastik), pastikan tas tersebut cukup besar untuk menyimpan pompa sekaligus beberapa wadah atau botol penyimpan ASI perah.

4. Blue Ice
Ada satu benda yang harus ada dalam tas untuk menyimpan ASI ini, yakni bahan pendingin. Anda dapat menggunakan blue ice atau es batu biasa yang mudah dibeli dari warung-warung. Namun lebih disarankan untuk menggunakan blue ice, karena efek dinginnya lebih tahan lama. Blue ice adalah semacam jel yang terbungkus plastik anti bocor. Sebelum digunakan, harus didinginkan lebih dulu dalam freezer selama beberapa jam (tergantung instruksi pada kemasan). Kalau anda membeli tas khusus ASI, biasanya sudah termasuk dengan blue ice (bahan pendingin). Tetapi blue ice ini juga dapat dibeli secara terpisah.

5. Breastpad
Gunanya untuk menyerap ASI yang merembes/keluar dari puting. Buat ibu bekerja, benda ini perlu dimiliki. Apalagi selama masa ASI eksklusif. Di pasaran tersedia berbagai merk disposable breastpads. Untuk menyiasatinya biayanya yang mahal, pakailah breastpads sekali pakai ketika di kantor atau kalau sedang bepergian. Di rumah, gunakan breastpads jenis cuci ulang. Atau, anda juga bisa memanfaatkan popok kain atau saputangan yang dilipat sebagai breastpads selama di rumah

Sumber: ibudananakdotcom.wordpress.com, aimi-asi.org, http://www.tabloid-nakita.com/


Hormon yang Mempengaruhi Produksi ASI

Hormon Prolaktin
Hormon Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian depan yang ada di dasar otak. Prolaktin merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI, sedangkan rangsangan pegeluaran prolaktin ini adalah pengosongan ASI dari gudang ASI (Sinus Lactiferus). Semakin banyak ASI yang dikeluarkan dari payudara maka semakin banyak ASI yang diproduksi, sebaliknya apabila bayi berhenti menghisap atau sama sekali tidak memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi ASI.

Setiap isapan bayi pada payudara ibunya akan merangsang ujung saraf di sekitar payudara. Rangsangan ini diantar ke bagian depan kelenjar hipofisa untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara dan akan merangsang pembuatan ASI. Jadi, pengosongan gudang ASI merupakan rangsangan diproduksinya ASI.
Kejadian dari perangsangan payudara sampai pembuatan ASI disebut refleks Produksi ASI atau Refleks Prolaktin, dan semakin sering ibu menyusui bayinya, akan semakin banyak pula produksi ASI-nya. Semakin jarang ibu menyusui, maka semakin berkurang jumlah produksi ASI-nya.

Pada efek lain prolaktin, prolaktin mempunyai fungsi penting lain, yaitu menekan fungsi indung telur (Ovarium), dan akibatnya dapat memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid, dengan kata lain ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan. (Roesli, 2001).

Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipofisa yang terdapat di dasar otak. Sama halnya dengan hormon proaktin, hormon oksitosin diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara dirangsang oleh isapan bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara, membuat otot-otot payudara mengerut disebut hormon oksitosin. Kejadian ini disebut refleks pengeluaran ASI, refleks oksitosin atau let down refleks.

Reaksi bekerjanya hormon oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara akan mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita dapat merasakan payudaranya terperas saat menyusui, itu menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir dari pabrik susu (alveoli) ke gudang susu (Ductus Lactiferous).

Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup apabila hanya mengandalkan reflek prolaktin saja, dan harus dibantu oleh refleks oksitosin. Bila reflek ini tidak bekerja, maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit dibandingkan refleks prolaktin, karena refleks ini berhubungan langsung dengan kejiwaan atau sensasi ibu. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan menghambat produksi ASI. (Roesli, 2001).

Berdasarkan pernyataan di atas maka, refleks oksitosin itu juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya yaitu lingkungan dimana ibu dan bayi tinggal. Ketidakpedulian akan ketenangan ibu dan bayi akan membuat ibu frustasi yang akibatnya ibu merasa sedih, bingung, kesal dan marah sebagai dampak kejiwaan sehingga mempengaruhi kerja hormon oksitosin. Hal tersebut menuntut lingkungan terdekat yaitu keluarga untuk berperan dalam menciptakan suasana ketenangan dan kenyamanan ibu dan bayi.

Adapun dalam pemeliharaan laktasi terdapat dua faktor penting yaitu:
1. Rangsangan
Bayi yang minum air susu ibu perlu sering menyusu, terutama pada hari neonatal awal. Penting bahwa bayi’difiksasi’ pada payudara dengan posisi yang benar apabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat. Rangsangan gusi bayi sebaiknya berada pada kulit areola, sehingga tekanan diberikan kepada ampulla yang ada di bawahnya sebagai tempat tersimpannya air susu. Dengan demikian bayi minum dari payudara, dan bukan dari papilla mammae.

Sebagai respons terhadap pengisapan, prolaktin dikeluarkan dari grandula pituitaria anterior, dan dengan demikian memacu pembentukan air susu yang lebih banyak. Apabila karena suatu alasan tertentu bayi tidak dapat menyusu sejak awal, maka ibu dapat memeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau menggunakan pompa payudara. Tetapi pengisapan oleh bayi akan memberikan rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua cara tersebut.

2. Pengosongan payudara secara sempurna
Bayi sebaiknya mengosongkan satu payudara diberikan payudara yang lain. Apabila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua, maka pada pemberian air susu yang berikutnya payudara yang kedua ini yang diberikan pertama kali, atau bayi mungkin sudah kenyang dengan satu payudara, maka payudara yang kedua digunakan pada pemberian air susu berikutnya. Apabila diinginkan agar bayi benar-benar puas (kenyang), maka bayi perlu diberikan baik air susu pertama (fore-milk) maupun air susu kedua (hind-milk) pada saat sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara.

Senin, 22 Desember 2008

Kode Di Bawah Botol Susu & Botol Plastik

Dibawah tiap botol susu ada kode dalam segitiga dimana ada beberapa kode yang sebaiknya jangan dipakai untuk bayi. Segitiga yang dimaksud adalah Resin identification code dimana kode ini dipakai untuk menentukan type dari bahan plastik supaya nantinya bahan tersebut bisa dipilah untuk di daur-ulang.

PETE or PET Polyethylene terephthalate
PETE atau PET (polyethyleneterephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus,dan hampir semua botol minuman lainnya. Boto-botol dengan bahan #1 dan#2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-baret.

HDPE
High density polyethylene HDPE (high density polyethylene) biasadipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Sama seperti #1 PET,#2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.

PVC
or V Polyvinyl chloride V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.

LDPE
Low density polyethylene LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.

PP
Polypropylene PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.

PS
Polystyrene PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok,asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.

OTHER
acrylonitrile butadiene styrene acrylic, polycarbonate, polylacticacid, nylon,fiberglass. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga.Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A kedalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon.Hindari bahan plastik Polycarbonate.

Saran sederhana :
* Selalu teliti saat membeli barang plastik
* Baca dan ikutin aturan pemakaian dengan benar
* Cuci, sterilkan dan simpan barang plastik anda di tempat aman (teduh,bebas debu, tidak lembab dan kalo bisa tertutup)
* Ganti peralatan pastik secara berkala (misalnya: peralatan makan, botol,dot, dsb)

Memilih Botol Susu

Umumnya para ibu menyadari benar bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayinya. Namun karena beberapa alasan, tidak tertutup kemungkinan seorang ibu harus memberi ASI dengan bantuan botol susu. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memilih botol susu:

1. Sesuaikan Ukuran Botol
Di pasaran terdapat berbagai ukuran botol yang biasanya menyatu dengan dot. Untuk ukuran kecil 30-50 ml, sedang 120 ml, dan besar di atas 200 ml. Sesuaikan dengan kebutuhan asupan susu si kecil pada setiap kali minum. Ingat, sangat tidak dianjurkan untuk menyisakan susu dalam botol.

2. Bahan Tahan Panas, Tak Mudah Pecah dan Tak Beracun
Sehingga proses sterilisasi bisa dilakukan dengan aman dan mudah. Botol yang terbuat dari bahan gelas lebih awet, tahan lama, dan proses sterilisasinya mudah. Hanya saja, botol ini cukup berat hingga kurang nyaman digunakan, disamping mudah pecah. Berbeda dengan botol plastik yang lebih tahan lama. Bayi pun aman memegang botolnya sendiri.
3. Tidak Banyak Gambar

Sebab gambar-gambar itu berisiko terkelupas saat disterilisasi dalam air mendidih. Sedangkan botol dengan aksesori, seperti kepala boneka atau mainan boleh saja dijadikan pilihan, selama tak menyulitkan proses sterilisasi atau pemberian susu kepada bayi.

4. Memiliki Ring Pengatur Deras
Jika diputar ke arah tertentu, aliran susu akan semakin deras atau sebaliknya. Ada tiga pengaturan yang baku, yaitu lambat, sedang, dan cepat. Jadi, bisa distel sesuai kebutuhan.Jika bayi mengalami kelainan jantung, sangat dianjurkan memiliki kelengkapan ini, karena bayi tak dianjurkan mengisap air susu terlalu deras. Jika tidak, napas bayi bisa tersengal-sengal bahkan menimbulkan tersedak.Ini juga bisa digunakan terutama untuk bayi 0-3 bulan. Dengan regulator, maka isi susu tidak keluar jika tidak diisap. Pun saat sedang menyusu lalu bayi terlelap tidur, keberadaan regulator sangat membantu.Tidak cuma itu. Sekat ini juga berguna untuk menahan aliran susu jika botol miring/terbalik. Saat bepergian dimana kita sering menyimpan botol dalam tas, tak ada kekhawatiran lagi air susu akan tumpah.

5. Botol Susu dengan Pegangan
Untuk bayi 6 bulan ke atas, beri kesempatan pada si kecil untuk memegang botolnya sendiri. Dengan begitu, selain menikmati susu, kemampuan motoriknya juga akan terlatih

Pemakaian dan Sterilisasi
1. Susui dengan Benar
Posisi kepala bayi berada lebih tinggi dibanding perut. Selain itu, posisi botol harus tepat, sehingga air susu mengalir penuh ke lubang dot. Pastikan tak ada ruang untuk udara di dalam botol. Jika kesulitan, Anda bisa memilih botol bengkok yang menghindari udara berada dalam botol saat diisap.

2. Perhatikan Sterilisasi Botol dan Dot
Cuci bersih botol dan dot berikut peralatan pelengkapnya
perhatikan petunjuk sterilisasi produk. Ada beberapa produk dot atau botol yang tak boleh direbus atau terkena air mendidih .
Lakukan dengan cairan atau tablet khusus. Cairan sterilisasi itu aman digunakan selama 24 jam

Sumber : http://mommygadget.com

Minggu, 21 Desember 2008

Penyebab Kegagalan ASI Ekslusif

Kurangnya Dukungan Dan Tidak Dipatuhinya Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI
JAKARTA, 12 Juli 2007 – Kurangnya dukungan bagi ibu menyusui serta tidak dipatuhinya ketentuan dalam Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti Air Susu Ibu (ASI) atau lebih dikenal dengan istilah susu formula merupakan penyebab utama kegagalan pemberian ASI ekslusif kepada bayi. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan.

Dukungan terhadap praktek pemberian ASI eksklusif.

Kurangnya dukungan dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan tersebut terungkap dari survei yang dilakukan Milis Sehat dalam rangka menyambut Pekan ASI Sedunia bulan Agustus. Survei ini melibatkan 385 anggota milis Sehat yang berasal dari berbagai kota di Indonesia dan luar negeri serta anggota milis lainnya. Milis Sehat didirikan oleh Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) pada bulan Desember 2003 dan sampai saat ini memiliki anggota lebih dari 5.600.

Dukungan yang kurang bagi para ibu menyusui dirasakan bahkan sebelum sang ibu melahirkan bayinya. Beberapa kendala antara lain kurangnya klinik laktasi dalam unit layanan kesehatan serta kurangnya edukasi dari tenaga medis mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Hal tersebut makin dipersulit dengan tatalaksana penanganan bayi baru lahir di rumah sakit yang tidak menunjang pemberian ASI eklusif. Sebagian besar responden (55,3%) menyatakan bahwa begitu bayi lahir, bayi hanya diperlihatkan kepada orang tua tanpa diberi kesempatan untuk mulai belajar menyusu (inisiasi dini), padahal penelitian telah membuktikan bahwa bayi yang diletakkan di dekat puting ibunya segera setelah lahir memiliki respon menyusui yang lebih baik dibandingkan bayi yang telah dibersihkan lebih dahulu. Jika hanya 36% responden yang berhasil menyusui bayinya dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran, dapat diperkirakan berapa banyak bayi yang tidak beruntung karena kehilangan kesempatan belajar menyusu sesegera mungkin setelah lahir. Karena itu tidak heran jika 63,3% responden mengeluhkan layanan kesehatan ibu dan anak yang dirasa tidak mendukung pemberian ASI eklusif.

Penyebab lain atas kegagalan pemberian ASI eksklusif adalah tidak dipatuhinya ketentuan Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI dari WHO. Hal ini terlihat dari ditemukannya atribut produsen susu formula pada papan nama bayi, kamar bayi dan di kamar ibu. Selain itu dalam keadaan dimana ibu dan bayi tidak ditempatkan sekamar (rawat gabung), lebih dari 50% responden menyatakan bahwa bayinya tidak diberikan kepada si ibu untuk disusui setiap saat. Bahkan 70% responden mengaku bahwa bayinya diberi susu formula saat masih berada di rumah sakit.

Selain itu sebanyak 46% responden melaporkan pemberian hadiah dan sample dari produsen susu formula ketika mereka pulang dari rumah sakit. Sesampainya di rumah, sebagian besar responden (75,8%) menyatakan bahwa mereka dihubungi pihak produsen susu formula untuk menawarkan produk. Sedemikian gencarnya promosi yang dilakukan produsen susu formula hingga 45,4% responden menyatakan bahwa promosi tersebut dipandang mengganggu dan meresahkan.

Kelirumologi dalam Praktek Pemberian Makan untuk Bayi & Balita
Pendiri YOP dan dokter anak, Dr. Purnamawati S. Pujiarto, SpAK, MMPaed menjelaskan, “Periode usia 6 - 24 bulan merupakan periode kritis buat anak karena pertumbuhannya yang cepat dan meningkatnya kebutuhan akan makanan pendamping. Selama periode makanan pendamping ini, anak butuh makan yang mudah dicerna serta mengandung cukup lemak dan minyak.” Dengan catatan, (1) berikan makanan buatan rumah mempergunakan bahan makanan segar alami yang ada di Indonesia (home made, local context); (2) di atas usia 1 tahun, susu bukan lagi merupakan makanan utama melainkan sebagai salah satu asupan kalsium (kita bisa memperoleh kalsium dari banyak sumber seperti ikan, telur, keju, yoghurt, tahu, brokoli).

MPASI diberikan secara bertahap, dimulai dengan bentuk makanan separuh cair, kemudian sangat lembut (dihaluskan, disaring, atau digiling), hingga semakin kasar. Makanan pertama yang diberikan sebaiknya berbahan dasar beras atau tepung beras. Secara berangsur diperkenalkan dengan tepung jagung, tepung gandum atau roti, kentang, dan ubi. Tahap berikutnya dapat dimulai pemberian berbagai sayuran dan buah yang dihaluskan (yang hijau gelap serta kuning kemerahan). Sayuran seperti buncis, bayam, kangkung, sawi, kembang kol, brokoli, kacang polong, wortel, kacang panjang, dsb. Buah seperti pepaya, jeruk, labu kuning, tomat, pisang, melon, semangka, alpukat, mangga, dsb. Kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang joglo, kacang mente, serta minyak biji-bijian, dsb. Protein hewani serta yang bertulang (sebagai tambahan kalsium) seperti daging, ayam, telur, ikan laut dan air tawar (kakap, bandeng, teri basah, ikan kaca piring, selar, gurame, bawal, mujair, gurame, ikan sungai), dsb. Ketika berusia 1 tahun, anak sudah dapat mengkonsumsi makanan keluarga tetapi tetap rendah garam, tinggi serat, dan rendah gula.

Rambu-Rambu.
Pada Regional Workshop on Infant & Young Child Feeding (WHO) tahun 2003, dinyatakan bahwa dalam 20 tahun terakhir belum terlihat adanya perbaikan nyata pada praktek pemberian makan untuk bayi dan balita. Di beberapa negara, angka keberhasilan ASI eksklusif masih rendah bahkan ada yang menurun. Alasan sub-optimalnya praktek pemberian makan bisa dikelompokkan sebagai (1) kurangnya kemauan politis dan komitmen; (2) rendahnya kesadaran dan tuntutan akan informasi yang akurat; (3) miskonsepsi cultural, kesehatan, keyakinan kesehatan; (4) praktek pelayanan kesehatan ibu hamil-melahirkan yang jauh dari memuaskan; (5) kurang memadainya kualitas pelatihan dan pendidikan tenaga medis serta kurangnya dukungan tenaga ahli; (6) Lingkungan yang tidak suportif (baik lingkungan kerja maupun sarana umum); serta (7) misinformasi dan gencarnya promosi makanan jadi komersial. Untuk itu telah disusun suatu strategi global yang komprehensif untuk memperbaiki pemberian makan pada bayi dan anak melalui upaya proteksi, promosi dan dukungan dengan memberdayakan para ibu/perempuan, keluarga, pengasuh anak agar bisa memutuskan yang terbaik berdasarkan informasi yang telah mereka peroleh. Serta dengan meningkatkan komitmen pemerintah, masyarakat luas, dan organisasi internasional untuk terus mempromosikan kesehatan dan gizi anak.

Tujuan strategi global: ASI eksklusif untuk 6 bulan, MPASI yang tepat dan aman; ASI dilanjutkan sedikitnya sampai usia 2 tahun; pemberian makan pada situasi yang pelik termasuk malnutrisi, HIV, bayi berat lahir rendah, dan kondisi emerjensi, bencana alam. Target operasional untuk bayi dan balita:
memastikan agar sektor kesehatan dan berbagai sektor lainnya memberikan perlindungan, penyuluhan dan dukungan untuk ASI eksklusif dan MPASI yang timely, adequate, safe and appropriate dengaqn tetap meneruskan ASI.

  • Memastikan agar semua fasilitas layanan kesehatan ibu memberikan juga pelayanan 10 langkah promosi ASI.
  • Menunjuk koordinator nasional dan membentuk komite multisektoral national;
  • Menyusun, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kebijakan praktek pemberian makan bayi dan anak yang komprehensif;
  • Mengusahakan tercapainya prinsip dan tujuan the International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes;
  • Membuat legislasi untuk memproteksi ibu bekerja dan law enforcement untuk implementasinya

Bahan makanan lokal yang murah/terjangkau dengan mudah dapat diolah menjadi makanan sehat dan bergizi. Orang tua yang mengolah sendiri makanan untuk anak dapat mengatur komposisi, tekstur dan rasa makanan sesuai kebutuhan anak. Menu makanan harus dan dapat dibuat bervariasi. Kebersihan dan kesegaran makanan olahan sendiri pun lebih terjamin. Makanan yang dibuat dengan penuh kasih sayang ibu tentulah jauh lebih baik daripada makanan bayi dalam kemasan.


www.sehatgroup.web.id

ASI versus Susu Formula

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tak mungkin bisa diimbangi oleh susu formula. Apa saja sih keunggulannya?
Asal Anda tahu, setiap air susu mamalia (makhluk/binatang yang menyusui anaknya), spesifik untuk masing-masing spesiesnya. Jadi ASI manusia ya paling cocok untuk bayi manusia. Jadi, sungguh sayang bila bayi Anda tidak mendapat ASI.
Untuk lebih meyakinkan, berikut beberapa keunggulan ASI dibanding susu formula.

* Sumber gizi sempurna
ASI: Mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi. Antara lain, faktor pembentuk sel-sel otak, terutama DHA, dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama dari susu yang berbentuk cair) lebih banyak daripada casein (protein utama dari susu yang berbentuk gumpalan) dengan perbandingan 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap oleh tubuh bayi.

Susu formula: Tidak seluruh zat gizi yang terkandung di dalamnya dapat diserap oleh tubuh bayi. Misalnya, protein susu sapi tidak mudah diserap karena mengandung lebih banyak casein. P erbandingan whey : casein susu sapi adalah 20:80.

* Mudah dicerna
ASI: Pembentukan enzim pencernaan bayi baru sempurna pada usia kurang lebih 5 bulan. ASI mudah dicerna bayi karena mengandung enzim-enzim yang dapat membantu proses pencernaan, antara lain lipase (untuk menguraikan lemak), amilase (untuk menguraikan karbohidrat), dan protease (untuk menguraikan protein).
Sisa metabolisme yang akan diekskresikan (dikeluarkan) melalui ginjal pun hanya sedikit, sehingga kerja ginjal si kecil menjadi lebih ringan. Asal tahu saja, metabolisme ini penting karena merupakan proses pembakaran zat-zat di dalam tubuh menjadi enerji, sel-sel baru, dan lain-lain.
Susu formula: Sulit dicerna karena tidak mengandung enzim perncernaan. Perlu diketahui, serangkaian proses produksi di pabrik mengakibatkan enzim-enzim pencernaan tidak berfungsi. Akibatnya, lebih banyak sisa pencernaan yang dihasilkan dari proses metabolisme, yang membuat ginjal bayi harus bekerja keras.

* Komposisi sesuai kebutuhan
ASI: Komposisi zat gizi ASI sejak hari pertama menyusui biasanya berubah dari hari ke hari. Perubahan komposisi ASI ini terjadi dalam rangka menyesuaikan diri dengan kebutuhan gizi bayi. Misalnya, kolostrum (cairan bening berwarna kekuningan yang biasanya keluar pada awal kelahiran sampai kira-kira seminggu sesudahnya) terbukti mempunyai kadar protein yang lebih tinggi, serta kadar lemak dan laktosa (gula susu) yang lebih rendah dibandingkan ASI mature (ASI yang keluar hari ke-10 setelah melahirkan). Kandungan kolostrum yang seperti ini akan membantu sistem pencernaan bayi baru lahir yang memang belum berfungsi optimal.
Selain itu, komposisi ASI pada saat mulai menyusui (fore milk) berbeda dengan komposisi pada akhir menyusui (hind milk). Kandungan protein fore milk (berwarna bening dan encer) tinggi, tetapi kandungan lemaknya rendah bila dibandingkan hind milk (berwarna putih dan kental). Walau tampak sehat, pertambahan berat badan bayi yang hanya mendapat fore milk kurang baik. Makanya, jangan terlalu cepat memindahkan bayi untuk menyusu pada payudara yang lain, bila ASI pada payudara yang sedang diisapnya belum habis.

ASI ibu yang melahirkan bayi prematur juga sesuai dengan kebutuhan bayinya. Antara lain, kandungan proteinnya lebih tinggi dan lebih mudah diserap.
Susu formula: Komposisi zat gizinya selalu sama untuk setiap kali minum (sesuai aturan pakai).

* Mengandung zat pelindung
ASI: Mengandung banyak zat pelindung, antara lain imunoglobulin dan sel-sel darah putih hidup, yang perlu untuk membantu kekebalan tubuh bayi. Selain itu, ASI mengandung zat yang tidak terdapat dalam susu sapi, dan tidak dapat dibuat duplikasi atau tiruannya dalam susu formula, yaitu faktor bifidus. Zat ini penting untuk merangsang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus yang membantu melindungi usus bayi dari peradangan atau penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi beberapa jenis bakteri merugikan, seperti keluarga coli .

Susu formula: Hanya sedikit mengandung imunoglobulin, dan sebagian besar merupakan jenis yang “salah” (tidak dibutuhkan oleh tubuh bayi). Selain itu, tidak mengandung sel-sel darah putih dan sel-sel lain dalam keadaan hidup

* Cita rasa bervariasi
ASI: Cita rasa ASI bervariasi sesuai dengan jenis senyawa atau zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu.
Susu formula: Bercita rasa sama dari waktu ke waktu.

Dewi Handajani
Konsultasi ilmiah: Prof. dr. Rulina Suradi, Sp.A(K), IBCLC, Divisi Perinatologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Sumber : ayahbunda-online.com

Senin, 08 Desember 2008

Penyimpanan ASI Perah

Mengeluarkan ASI sebaiknya jangan menggunakan peralatan pompa manual yang banyak dijual di apotek dan toko-toko. Umumnya, dokter tidak menyarankan menggunakan alat pompa manual karena bisa merusak jaringan payudara, dan proses sterilisasi peralatannya diragukan. Disarankan menggunakan pompa listrik, atau sistem perah tiga jari yang bisa dipelajari di klinik-klinik laktasi.

ASI yang telah diperah sebaiknya disimpan di dalam botol-botol kecil yang sudah disterilkan, sehingga dapat digunakan sesuai kebutuhan. ASI yang telah dipanaskan tidak bisa disimpan kembali di dalam termos ataupun lemari pendingin.

Ketahanan ASI:
  • Disimpan di ruang terbuka bisa bertahan enam hingga delapan jam.
  • Di termos yang berisi es bisa bertahan sekitar 24 jam.
  • Disimpan di tempat buah, lemari es, bisa bertahan 2 kali 24 jam.
  • Disimpan di freezer berpintu sama dengan tempat buah, daya tahan ASI mencapai dua minggu.
  • Disimpan di freezer yang pintunya berbeda dengan tempat buah atau sering disebut lemari es dua pintu, ketahanan ASI mencapai tiga bulan.
Bila tidak sangat terpaksa, umumnya para dokter tidak menyarankan penyimpanan ASI di freezer. Sebab, ASI yang telah disimpan di freezer akan kehilangan beberapa jenis antibodi yang dibutuhkan bayi.

Jangan memanaskan ASI langsung di atas api. Gunakan air panas yang mengalir untuk menghangatkan ASI sebelum diberikan kepada bayi.

(CR24/Lin/M-4) Hangtuah Digital Library

Minggu, 07 Desember 2008

Pompa ASI

Jika anda ingin mengumpulkan air susu anda untuk suplemen bayi anda, sebaiknya pelajari dulu cara memerasnya. Memeras air susu dapat dilakukan dengan tangan (secara manual) atau dengan memompa (secara mekanis). Waktu terbaik untuk melakukannya adalah pada saat payudara sedang penuh sementara anda tidak bisa menyusui, atau bayi sudah kenyang sedangkan air susu dalam payudara belum habis. Mulai memeras dari payudara tempat menyusu terakhir.

Sebagai persiapan untuk memeras air susu, baik secara manual maupun mekanis, pertama-tama cuci bersih kedua tangan anda dan pastikan semua wadah dan peralatan (botol, cangkir, pompa, dll) yang akan digunakan dalam keadaan steril. Untuk membersihkan dan mensterilkan pompa, ikutilah petunjuk dari pabrik yang biasanya tertera pada brosur penyerta produk. Anda sebaiknya dalam posisi santai dan nyaman. Ada sebagian wanita yang minum, mendengarkan musik, memikirkan sang bayi, atau mengamati foto bayinya sebelum memeras dengan maksud membantu melancarkan aliran air susunya.

Bila anda memakai pompa untuk mengeluarkan air susu, perhatikan dengan cermat instruksi penggunaan terlampir. Pompa tersebut harus dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan, atau disterilkan sesuai instruksi. Memeras secara mekanis perlu waktu 20 menit. Basahi bagian dalam ketopong (bagian yang ditempelkan ke payudara) dengan air hangat. Pasanglah ketopong ke payudara anda dengan benar sehingga puting keluar dari lobang di bagian tengah. Agar lebih mudah, doyongkan tubuh ke depan sehingga payudara menempel erat dengan ketopong.

Dorong lalu tarik kembali silinder pompa sampai air susu mengalir. Memijat payudara sambil memompa akan lebih melancarkan aliran air susu. Pada saat aliran mengecil menjadi tetesan, lepaskan ketopong secara hati-hati lalu bersihkan payudara dengan kain kering. Pindahkanlah pompa ke payudara kedua mengikuti prosedur yang sama. Sama seperti memeras secara manual, mungkin anda perlu melakukan dari payudara pertama ke payudara kedua berulang-ulang sampai selesai.

Selesai memompa, simpanlah air susu dalam wadah bersih (sebaiknya yang steril) di lemari es atau freezer. Berilah tanggal pemerasan pada wadah. Ikuti petunjuk pabrik tentang cara membersihkan dan menyimpan pompa setelah digunakan.

Sebagian wanita menyewa pompa listrik dari pemasok alat kesehatan, rumah sakit, atau klinik bersalin. Alat ini lebih efisien karena memompa kedua payudara sekaligus, tetapi lebih mahal dan tidak mudah dibawa kemana-mana seperti pompa tipe silinder.

Sabtu, 01 November 2008

Teknik Memerah ASI

TEKNIK MARMET
Bertahun-tahun lamanya para ibu telah menggunakan cara memeras ASI dg teknik Marmet yg mengutamakan let-down refleks. Bahkan banyak ibu menyusui yg menyatakan bahwa dg teknik marmet ini produksi ASInya meningkat. Ibu menyusui yg sebelumnya memerah ASI ataupun yg belum pernah memerah ASI akan mendapatkan hasil sempurna dg teknik ini.

PENTINGNYA TEKNIK MEMERAH YANG TEPAT
Jika kita perhatikan cara memerah ASI dg tangan tampaknya sulit dari yg dibayangkan. Dalam hal ini, tangan harus lebih cepat dari mata. Sehingga banyak ibu yg merasa bahwa memerah ASI dg tangan sangat sulit. Meskipun ia telah belajar dari bacaan atau pun praktek langsung. Memang, ASI dapat diperah dg mudah tanpat teknik apapun. Namun satu hal yg sering terlupakan adalah teknik yg tidak tepat akan merusak jaringan lemak pada payudara, membuat payudara menjadi lecet. Bahkan kulit payudara bisa menjadi memar atau memerah.

Memerah ASI dg teknik Marmet awalnya diciptakan oleh seorang ibu yg harus mengeluarkan ASInya karena alasan medis. Awalnya ia kesulitan mengeluarkan ASI dg refleks yg tidak sesuai dg refleks keluarnya ASI saat bayi menyusu. Hingga akhirnya ia menemukan satu metode memijat dan menstimulasi agar refleks keluarnya ASI optimal. Kunci sukses dari teknik ini adalah kombinasi dari cara memerah ASI dan cara memijat.

Jika teknik ini dilakukan dg efektif dan tepat, maka seharusnya tidak akan terjadi masalah dalam produksi ASI ataupun cara mengeluarkan ASI. Teknik in dapat dg mudah dipelajari sesuai instruksi. Tentu saja semakin sering ibu melatih memerah dg teknik marmet ini, maka ibu makin terbiasa dan tidak akan menemui kendala.

KEUNGGULAN MEMERAH ASI
Banyak sekali keuntungan memerah ASI dg teknik marmet. Diantaranya :

  • Banyak ibu telah membuktikan bahwa memerah ASI dg tangan jauh lebih nyaman dan alami (saat mengeluarkan ASI).
  • Refleks keluarnya ASI lebih mudah terstimulasi dg Skin to skin contact (dg cara memerah tangan)
  • Jelas nyaman digunakan
  • Aman dari segi lingkungan
  • Portable (mudah dibawa kemana-mana). Tidak mungkin kan ibu lupa membawa tangannya ?
  • Dan yg paling mengasyikkan : GRATIS

MEMERAH ASI

Mengeluarkan ASI dari Gudang ASI hingga tuntas

1. LETAKKAN ibu jari dan dua jari lainnya
(telunjuk & jari tengah) sekitar 1 cm hingga 1,5 cm dari areola

  • Usahakan utk mengikuti aturan tsb sbg panduan. Apalagi ukuran dari areola tiap wanita bervariasi.
  • Tempatkan ibu jari diatas areola pada posisi jam 12 dan jari lainnya di posisi jam 6.
  • Perhatikan bahwa jari-jari tsb terletak diatas gudang ASI. Sehingga proses pengeluaran ASI optimal.
  • Hindari melingkari jari pada areola spt gambar ini. Posisi jari seharusnya TIDAK berada di jam 12 dan jam 4.

2. DORONG ke arah dadaHindari meregangkan jari.Bagi yg berpayudara besar, angkat dan dorong ke arah dada.

3. GULUNG menggunakan ibu jari dan jari lainnya secara bersamaan
Gerakkan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan gudang ASI hingga kosong. Jika dilakukan dg tepat, maka ibu tidak akan kesakitan saat memerah.

Catatan : Perhatikan posisi dari ibu jari dan jari-jari lainnya pada gamabr dg baik. Arah panah menunjukkan arah tekanan jari saat melakukan gerakan. Perhatikan posisi jari berubah pada tiap gerakan mulai dari posisi Push (jari terletak jauh di belakang areola) hingga posisi Roll (jari terletak di sekitar areola).

4. ULANGI SECARA TERATUR (RYTHMICALLY) hingga gudang ASI kosong.
Posisikan jari secara tepat, push (dorong), roll (gulung); posisikan jari secara tepat, push (dorong), roll (gulung).

5. PUTAR ibu jari dan jari-jari lainnya ke titik gudang ASI lainnya. Demikian juga saat memerah payudara lainnya, gunakan kedua tangan. Misalkan, saat memerah payudara kiri, gunakan tangan kiri. Juga saat memerah payudara kanan, gunakan tangan kanan. Saat memerah ASI, jari-jari berputar seiring jarum jam ataupun berlawanan agar semua gudang ASI kosong. Pindahkan ibu jari dan jari lainnya pada posisi jam 6 & jam 12, kemudian posisi jam 11 & jam 5, kemudian jam 2 & jam 8, kemudian jam 3 & jam 9.
Gambar berikut menunjukkan posisi tangan pada payudara kanan.

HINDARI GERAKAN BERIKUT
Hindari menekan / memencet payudara. Hal ini dapat melukai payudara.Hindari menarik-narik puting payudara. Hal ini dapat merusak lapisan lemak pada areola.Hindari menekan dan mendorong (sliding on) payudara. Hal ini dapat menyebabkan kulit pada payudara memar atau memerah.AGAR ASI MUDAH DIKELUARKAN

Hal-hal dibawah ini dapat membantu merangsang (stimulasi) refleks keluarnya ASI.

  • MASSAGE. PIJATLAH sel-sel produksi ASI dan saluran ASI.
    Mulai dari bagian atas payudara. Dg gerakan memutar, pijat dg menekan ke arah dada.
  • STROKE. TEKANLAH daerah payudara dari bagian atas hingga sekitar puting dg tekanan lembut dg jari spt menggelitiki.
  • SHAKE. GUNCANGLAH payudara dg arah memutar. Gerakan gravitas akan membantu keluarnya ASI.

PROSEDUR
Prosedur berikut diutamakan bagi para ibu yg memberikan ASI eksklusif dan bagi mereka yg ingin meningkatkan produksi ASI juga menjaga agar produksi ASI optimal.

  • Perahlah kedua payudara hingga ASI kosong dari gudang payudara (ditandai dg aliran ASI yg menurun).
  • Lakukan prosedur stimulasi refleks keluarnya ASI agar ASI mudah dikeluarkan (massage, stroke, shake) pada kedua payudara. Prosedur tsb dapat dilakukan kapanpun.
  • Ulangi seluruh proses memerah ASI pada tiap payudara dan teknik stimuasi refleks keluarnya ASI sekali atau dua kali. Aliran ASI biasanya menurun pada kali kedua atau ketiga. Ini artinya gudang ASI mengering.

WAKTU
Keseluruhan prosedur ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit.

  • Perahlah tiap payudara selama 5-7 menit.
  • Pijat (Massage), stroke, guncang (shake).
  • Perahlah lagi tiap payudara selama 3-5 menit.
  • Pijat (Massage), stroke, guncang (shake).
  • Perahlah lagi tiap payudara selama 2-3 menit.

Catatan :

  • Jika supply ASI terjaga, gunakan waktu semaksimal mungkin. Waktu tsb diatas hanya sbg patokan saja. Perhatikan aliran ASI dan ganti payudara lainnya jika aliran ASI pd payudara tsb sudah mulai menurun.
  • Jika ASI tidak keluar atau hanya sedikit ASI yg keluar, ikuti petunjuk diatas dg periode waktu lebih singkat dan sering.


Sumber : http://www.lactationinstitute.org/MANUALEX.html

Diterjemahkan bebas dari artikel “MARMET TECHNIQUE” oleh Luluk Lely Soraya I, March 2006

Kamis, 30 Oktober 2008

ASI Perah

Dr. Utami Roesli SpA, MBA.IBCLC, pakar ASI, meyakinkan bahwa setelah masa cuti berakhir, ibu masih bisa memberikan ASI eksklusif. “Rugi sekali jika ibu hentikan. Sebab, usus bayi usia 3 bulan belum siap mencerna makanan selain air susu ibu. Selain itu. ASI merupakan sumber gizi ideal dengan komposisi seimbang, yang jika diberikan secara eksklusif bayi akan lebih sehat dan lebih cerdas dibanding bayi yang tidak mendapatkannya,” tegas Utami.

Untuk buah hati tercinta, seharusnya bekerja di luar rumah bukanlah halangan untuk memberikan yang terbaik untuknya, termasuk memberikan ASI secara eksklusif. “Ibu tetap bisa memberikan ASI perah, yakni ASI yang diperas dari payudara, lalu diberikan pada bayi saat ibu bekerja di kantor,” ujar Utami yang juga ketua Lembaga Peningkatan dan Pengembangan (LPP) ASI Rumah Sakit St. Carolus.

ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperas dari payudara untuk kemudian disimpan dan nantinya diberikan pada bayi. Apa tidak basi? Menurut Utami, sampai waktu tertentu dan dengan penyimpanan yang benar, ASI tidak akan basi. Misalnya, ASI tahan disimpan di dalam suhu ruangan sampai 6 jam. Jika disimpan di thermos yang diberi es batu, bisa tahan hingga 24 jam. Bahkan, kalau disimpan di kulkas ketahanannya meningkat hingga 2 minggu dengan suhu kulkas yang bervariasi. Jika disimpan di frezeer yang tidak terpisah dari kulkas, dan sering dibuka, ASI tahan 3-4 bulan. Sedangkan pada freezer dengan pintu terpisah dari kulkas dan suhu bisa dijaga dengan konstan, maka ketahanan ASI mencapai 6 bulan.

Memerah ASI bukanlah hal yang sulit, bahkan tidak selalu membutuhkan alat khusus atau pompa ASI. Cukup dengan pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar car! Memang membutuhkan waktu, yakni masing-masing payudara 15 menit. ASI ini bisa diberikan untuk bayi keesokan harinya. Tampung ASI tersebut di sebuah wadah, misalnya plastik gula, lalu tandai setiap wadah dengan spidol sesuai waktu pemerahan, misal plastik pertama, kedua, dst. Berikan pada bayi sesuai urutan pemerahan.